Senin, 29 Februari 2016

Refleksi Akhir Februari 2016

Perjumpaan di awal tahun 2016 sudah memasuki akhir dari bulan kedua yang merupakan bulan dengan tambahan waktu satu hari di dalam tahun kabisat gampangnya adalah tahun yang nilainya habis dibagi 4. Memang kalau dibilang tidak terasa ya memang tidak terasa mulai dari tahun, bulan, minggu sampai hari, ya.. bagi saya salah satu cara untuk mengurangi kata "tidak terasa" adalah membuat tanda pada hari tertentu, salah satunya dengan media blog ini.

Untuk bulan ini dan seterusnya, saya mencoba untuk mengasah kembali kemampuan saya dalam menulis kode dan selama satu bulan ini yang paling berkesan bagi saya adalah melakukan sesuatu hal dengan setengah-setengah, ya... itulah salah satu masalah yang saya alami mulai kuliah. Belajar pemograman setengah-setengah, belajar jaringan setengah-setengah, belajar linux setengah-setengah.

Akan tetapi masih ada waktu untuk berjuang, masih ada kesempatan untuk bertahan untuk menjadi lebih baik. Saya pikir beberapa bulan belakangan ini banyak sekali kejadian yang saya alami disiplin ilmu yang saya kuasai tentunya, dan saya pikir bebrapa hari dan beberapa minggu ini adalah waktu untuk lebih mematangkan diri.

Tidak lain karena manusia mempunyai kewenangan sekian persen untuk menakdirkan dirinya sendiri, selain itu juga manusia didesain untuk mengalami berbagai macam kemungkinkan, untuk itu yang bisa saya lakukan adalah selalu bejuang meksipun ditengah jalan banyak lobang atau bahkan saya sendiri yang membuat lobang itu dan saya juga yang menjatuhkan diri ke lobang tersebut

Rabu, 17 Februari 2016

Seputar makanan dan kuliner

Agak sedikit sulit jika membahas mengenai yang satu ini, karena secara praktek saya sangat berpengalaman dengan hal ini, bahkan terdapat beberapa kejadian yang kadang saya bisa katakan tidak biasa didalam perjalanan hidup yang saya alami.

Sebagai seseorang dengan status keluarga yang tergolong cukup, saya tergolong orang yang tidak memiliki kesulitan di dalam bidang konsumsi dan malah justru membuat masalah sendiri pada hal yang satu itu.

Seringkali di dalam departemen perbadokan ini, secara pribadi, saya mengalami sedikit mis-manajemen baik di masa lalu dan masa kini, yang saya coba untuk terus memperbaiki diri meskipun untuk itu membutuhkan perubahan kebiasaan yang tidak mudah untuk dilakukan.

Banyak yang menganjurkan saya untuk puasa baik itu puasa harian maupun mingguan, tapi puasa saja tidak cukup kalau itu hanya untuk memindah jam makan. Kuncinya adalah pemaknaan kembali konsep puasa, konsep puasa adalah menahan diri untuk tidak melampiaskan, yang seringkali konsep ini disalah artikan sebagai pembalasan dendam pada waktu buka puasa, dimana saya sendiri sangat sering melakukannya.

Berpindah ke konsep makanan, yaitu makanan adalah sumber kesehatan dan diperlukan sekitar 20 - 30 menit sebelum perut benar benar merasa kenyang, sehingga makan dengan kecepatan menengah - tinggi itu sangat tidak dianjurkan. Saya jadi teringat jaman pramuka dimana di salah satu acara kemah diharuskan untuk makan dengan kecepatan tinggi dan akan dihukum jika makanan tidak habis pada waktunya. Ya, itu mungkin salah satu latihan yang sukses saya terapkan di saat praktek setiap hari, dan menjadi kebiasaan sampai sekarang, ini mungkin yang perlu untuk diubah.

Saya juga pernah mendengar teori kesehatan yaitu makanlah karena lapar, tidak karena ingin, dan mengalami rasa lapar itu baik, asal jangan sampai kelaparan. Dan merupakan sesuatu yang amat sulit untuk mengendalikan nafsu dimana anda kelaparan tetapi di depan tersedia makanan yang banyak.

Tidak mudah memang melakukan semua yang sudah saya konsepkan, tetapi memang disitulah letak perjuangan manusia, yaitu untuk tetap berjuang menuju jalan yang lurus meskipun terkadang manusia sendiri yang memperosokkan diri jatuh ke lubang yang juga dia gali sendiri

Minggu, 07 Februari 2016

Seperangkat Masalah Untuk Setiap Orang

Terlalu banyak informasi yang mencoba untuk menguasai alam pikiran diri saya, itulah salah satu alasan mengapa saya memilih judul diatas. Ketika saya menulis kadang ditemukan isi dari tulisan dulu, setelah itu pusing menentukan judul, atau menuat kerangka dahulu pada setiap paragraf, atau disuatu tulisan saya membuat judul dulu lalu bingung apa yang mau ditulis atau justru saya tidak menerbitkan tulisan sama sekali.

Entah penting tidak penting, menghasilkan atau tidak, enak dibaca atau tidak menulis adalah menulis bukan menulis supaya dapat uang, menulis supaya dapat teman tapi sesekali coba nikmati prosesnya, karena terkadang rasa syukur kepada tuhan itu munculnya bisa tiba tiba atau justru kita berkhianat kepada segala sesuatu yang tuhan pinjamkan kepada kita.
"Setiap orang telah disiapkan dengan seperangkat masalah serta situasi situasi yang dihadapi, yang perlu dilakukan adalah kita belajar pada apapun saja baik penjahit maupun penjahat "
Bukan maksud saya untuk menyepelekan suatu profesi tapi memang kadang begitulah seni dalam berbahasa menurut teori saya sendiri.

Ada istilah peribahasa jawa yang saya masih ingat yaitu kebo nusu gudel atau kebo menyusu anak kebo yang berarti orang tua yang minta makan kepada anaknya sendiri. Banyak sekali tafsirnya tapi di jaman sekarang ini secara halus saya berpendapat bahwa kebo nusu gudel itu mungkin perlu. Atau bisa kita ganti bahasanya kebo diskusi karo gudel. Ya intinya bukan meminta makan tetapi diskusi dan berbagi pengetahuan dan ilmu, karena jaman sudah berubah.

Sulit untuk diterima memang, ya memang tugas orang tua untuk menyuruh anak dan memang orang tua memiliki hak sekian persen untuk mengatur anak dan sepertinya topik kebo nusu gudel akan menjadi sebuah bahan tulisan yang menarik.

Kembali ke judul jika ditarik ke sudut pandang yang lebih luas tidak hanya masalah dan situasi yang sudah dipersiapkan tapi kembali ke ilmu dasar kehidupan adalah setiap orang diciptakan berbeda, bahkan kembar sekalipun. Maha besar tuhan dengan segala kekuasaannya untuk menciptakan segala sesuatu yang tidak ada kesia-siaan sama sekali. Maka tugas manusia adalah untuk saling berkenalan satu sama lain, saling berbuat baik satu sama lain bahkan antar orang tua dan anak.