Selasa, 29 Maret 2016

Arus Keterasingan

Bagi saya terasing bukanlah hal yang asing, karena terkadang saya juga menjalani hidup yang saya kategorikan sebagai terasing. Entah mulai kapan hal ini saya awali, mulai smp atau sma atau mungkin sudah sangat lama sekali bahkan ketika dalam masa kanak kanak saya tidak tahu. Kehidupan yang serba mandiri atau mungkin bisa saya katakan di dalam kesendirian sudah biasa saya jalani. Mungkin karena saya dibesarkan dari keluarga biasa serta dilengkapi oleh tidak adanya saudara kandung yang menjadikan saya terbiasa di dalam kesendirian, meskipun saya tidak bisa katakan bahwa saya tidak memiliki saudara sepupu, justru banyak sekali, tetapi memang ada rasa yang berbeda yang saya alami, meskipun saya juga tidak bisa bilang saya hidup mandiri ketika bersama dengan kedua orang tua.

Kemudian saya tarik ke garis kehidupan sosial pada masa ini, yaitu ketika media sosial berseliweran di dunia maya maupun juga menjadi bahan pembicaraan di dunia nyata mulai dari media untuk chatting, media untuk sharing foto, media untuk sharing status sampai media untuk sharing video yang katanya semua itu untuk membentuk sebuah personal branding yang saya tidak peduli oleh itu semua dan mungkin dapat dianggap gila bagi orang orang berada di dalam lingkaran media tersebut, ya monggo saja, mau gila mau alien semau-mau mu.

Keterbalikan dari perilaku keterasingan yang biasa saya jalani saya justru senang berkomunitas dan suka untuk bertemu dengan orang orang dalam berdiskusi sampai dengan bernggedabrus, di kota malang ini saya sudah lama ikut nimbrung dengan komunitas blogger kota malang alias bloggerngalam yang saat ini sedang mengalami reorganisasi dan regenerasi dalam komunitasnya dengan secara giat mengadakan kopdar alias meetup di beberapa lokasi random di kota malang.

Meski ketika berada ki kalangan sosialita atau kaum ningrat sekalipun terkadang saya tetap membawa sedikit perilaku untuk terasing dari media media sosial secara general seperti path, instagram sampai flock atau apalah itu yang awalnya saya pikir merupakan sebuah platform browser sejenis mozila firefox atau sebangsanya.

Saya pikir cukuplah dengan sebuah tulisan yang saya terbitkan ataupun tidak saya terbitkan dan saya simpan di media pribadi saya, tidak perlu saya sharing foto atau bahkan membuat video pribadi, tetapi untuk sekarang dan kedepannya saya mulai berpikir untuk menghindar dari dunia maya, lalu kemudian mencoba mendito dengan menyepi untuk tetap belajar segala ciptaan tuhan yang maha kuasa. Bahkan saya sempat punya cita cita untuk menutup akun facebook dan segala macam media lain seperti twitter sampai google plus ketika nanti saya sudah berkeluarga.

Entalah tapi yang jelas inilah jalan yang saya pilih diluar dari keglamoran dunia dan kegemerlapan dunia selebritis seleb atau apalah itu. Jalan sunyi yang saya pilih akan mengakibatkan resiko resiko yang saya siap untuk menerimanya di dalam keterasingan dunia yang sebenarnya hanya saya letakkan di dalam genggam tanpa perlu merasuk di dalam pikiran dan hati.

Rabu, 23 Maret 2016

Menemukan kenikmatan diluar kertas tukar

Selama ini kita diberi mozaik tentang kenimkatan yang berasal hanya dari sejumlah kertas berwarna. Dalam hal ini dalam kondisi sosial masyrakat terdapat kepercayaan bahwa yang memiliki harta banyak maka hidupnya akan nikmat sedangkan yang tidak punya harta hidupnya menderita. Sampai pada tingkat keuniversalan daripada pandangan tersebut, sebagaimana jika menyantap hidangan ini itu akan terasa wah, di bidang pariwisata dengan pergi ke berbagai macam lokasi dan tempat dan bebagai macam hal lainnya.

Namun saya sendiri sepertinya merasa bahwa hidup tidak seperti itu, bahwa memiliki harta banyak membawa kenikmatan itu benar, akan tetapi banyak kenikmatan lain yang tersembunyi dan saya mencoba untuk terus menggalinya sampai ke detail detail akan segala sesuatu, saya coba gali terus kenikmatan yang tersembunyi di dalamnya di dalam sebuah peristiwa yang dikata orang tidak wajar, seperti kenikmatan dalam kelaparan sampai kenikmatan dalam diputus pacar misalnya, eh tapi yang terakhir sepertinya tidak. 

Karena salah satu kehebatan dari bangsa dimana saya dilahirkan adalah menemukan kekuatan yang bersifat internal juga berasal dari mental, maka akan coba saya latih terus kedua potensi itu selama mungkin dan sebisa mungkin saya melakukannya.

Rabu, 16 Maret 2016

Menjadi Orang Biasa

Bukan bermaksud untuk sombong, tapi congkak hahaha....

Eh, maaf saya kesusupan, jadi saya ingin edikit cerita ketika itu negara api menyerang, eh gak, ketika itu jaman masih kuliah, ikut berbagai kegiatan dan bertambah semester sehingga diameter tinggi dan luas kepala bertambah sehingga orang menyebut besar kepala.

Ketika itu masih menjadi orang penting, ketika itu masih dibutuhkan di beberapa tempat, dan ketika itu juga masih dikenal dimana-mana, dan juga masih pintar, ya sempat sih merasa mirip artis sampai pada puncak keterkenalan dan akhirnya saya mengalam perputaran roda yang mungkin sekarang ini sedang ada pada derajat mendekati 180 derajat dan sedang tidak tahu apakah rodanya ban nya bocor atau gimana.

Disamping itu semua ada beberapa hal yang saya rasa juga mengena di hati, ya itu lah selama masa smp - sma hanya ada beberapa orang terdekat yang tingkat pengetahuan antar satu dan yang lainnya saya katakan mencapai batas tertinggi di yaitu di level 80 % kami saling mengenal. Saya kategorikan pengetahuan mengenai diri saya mulai 50 - 90 % dimana kategori 50 - 60 % yang saling mengenal ada banyak sekali, di kategori 60 - 70 % yang mengenal diri saya saya kategorikan teman biasa, kemudian di angka 70 - 80 % ini merupakan teman dekat dan ini hanya beberapa yang tahu persis akan diri saya dan hanya beberapa orang yang tahu, lanjut ke level 80 - 90 % ini adalah bojo (bakale rek !) dan terakhir yang 100 % tahu diri saya adalah tuhan.

Akhirnya sekarang, kembali ke bab roda, ada waktunya di atas, ada waktunya di bawah ada waktunya muter dan ada waktunya rodanya bocor dan diam, bahwa itu baik dan buruk itu sesuatu yang sangat sulit untuk diidentifikasi tetapi yang jelas selalu ada pelajaran di setiap kejadian, dan sangat banyak ilmu yang di dapat jika anda mau mencari ilmu dari suatu kejadian tersebut.

Terakhir, sekarang sudah tidak seperti dulu, banyak hal hal yang terkadang saya sudah tidak bisa atasi seperti dahulu, juga karena tantangan zaman seperti pada buku megatrend 2000 dan terlebih generasi yang berbeda membuat jarak semakin lebar.

Terakhir lagi, sebagai orang biasa saya mungkin membayangkan seorang superhero yang kehilangan kekuatan, akan tetapi kekuatan terbesar memang bukan berasal dari yang lain lain, melainkan dari diri sendiri yang dipinjamkan oleh tuhan yang diberi nama sulthon.

Terakhir yang paling akhir, hidup masih panjang, masih banyak yang bisa dilakukan dan masih banyak, saya sedang membuka gerbang dan terus belajar kepada universitas yang paling universe yang kesemuanya saling bersifat komprehensif dan terkait antar satu dan yang lain, tidak lebih hanya untuk bersaksi bahwa manusia hanyalah sebuah debu di atas padang pasir di dalam keleluasaan dunia, bintang, planet dan galaksi yang sungguh tidak akan pernah bisa terjangkau ke maha luasan nya ke maha megahannya, dan tugasnya hanya saling berbuat baik antar debu yang akan hiang terkena ombah yang menggulung di pantai menuju lautan lepas sampai ke samudra. 

Minggu, 13 Maret 2016

Ajaran Buah Mangga

Judul ini terinspirasi dari judul yang serupa yaitu ajaran kulit mangga, bukan untuk menandingi, tapi sekedar menanggapi dan merespon dari tulisan yang serupa dan juga untuk menaikkan traffic blog mendalami teori yang ada. Bagi yang mengikuti tulisan tulisan saya sebelumnya mungkin ini salah satu sedikit membuka kartu tentang apa-apa yang saya alami kemarin, pembelajaran universitas dan kegiatan pasca kesarjanaan dan bagi yang sudah terlibat di gelombang yang mungkin sama dari gelombang yang saya ikuti, mungkin akan langsung paham apa yang saya tulis pada tulisan-tulisan sebelumnuya.

Pengajaran Buah Mangga berarti salah satu metode yang tidak hanya memberikan barang jadi kepada peserta didik/ajar tetapi akan membiarkan para peserta untuk bereksplorasi dan berkreasi sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta, jadi bahan pelajarannya tidak selalu ilmu eksak, bahkan yang diberikan terkadang juga bersifat kulit mangga yang harus dikupas terlebih dahulu, bahkan isi mangga alias pelog (bahasa jawa) yang harus ditanam dahulu dan menunggu sampai pohonnya tumbuh dan berbuah.

Dari beberapa kejadian yang terjadi di sekitar wilayah saya berada, saya memang mengalami beberapa kejadian pelajaran yang bersifat buah,kulit, bahkan pelog. Yang berarti sesuatu hal baik ini dan itu, di dalam kehidupan dapat diketahui dengan cepat ataupun lambat, dan terkadang jawaban dari permasalahan tersebut muncul dari tempat yang tidak diduga duga di tempat yang terlihat sepele.

Dan akhirnya saya kembali ke satu kata bijak yaitu menuntut ilmu sampai ke liang lahat, bahkan tuntutlah ilmu walau bersama (dengan) cina bukan sampai ke negeri lo ya, ingat. Disamping kita juga harus bisa membedakan mana yang namanya ilmu dan mana yang namanya pengetahuan. Pengetahuan adalah perihal jenis jenis buah mangga sedangkan ilmu adalah bagaimana cara menanam mangga sampai bagaimana agar mangga tersebut bisa sampai ke potensi terbesarnya dalam masa bertumbuh agar mendapatkan buah yang melezatkan.

Meskipun begitu saya diajarkan dan mengambil pelajaran dari satu point yang saya masukan hati dan pikiran saya bahwa, meskipun besok, atau bahkan nanti hari sudah berakhir yang kita bisa lakukan adalah tetap dan terus menanam sebanyak banyaknya tanpa kita bisa memastikan apa yang kita tanam berbuah atau tidak, itu urusan tuhan.