Selasa, 13 September 2016

Budaya Instan

Menurut saya budaya instan itu bukanlah sebuah budaya, bamun hanya aebuah perilaku yang dibiasakan, sehingga lama kelamaan perilaku tersebut akan berlaku secara turun temurun dan menjadi sebuah budaya. Ibarat kotoran yang dicat dan dimodifikasi sedemikian rupa lalu kemudian dilabel sebagai sebuah emas, meskipun pada generasi pertama orang masih bisa membedakan mana kotoran dan mana emas, namun pada generasi berikutnya orang sudah tidak bisa membedakan mana kotoran dan mana emas.

Bangsa yang melahirkan negara ini sebenarnya, menurut saya bukanlah sekumpulan orang yang suka dengan yang instan, terlebih jika ditelusuri lebih lanjut banyak sekali terdapat peninggalan yang menurut saya diperlukan beratus ratus tahun untuk membuatnya, seperti borobudur misalnya, sistem pemerintahan majapahit dan seterusnya.

Dan ketika saya telusuri lebih lanjut, budaya instan ini timbul dikarenakan oleh manusia yang tidak berada di dalam garis keseimbangan di dalam keberlangsungan hidupnya, ia ingin mengikuti kondisi sosial dimana segalanya dapat diraih dalam waktu sekejap, misal ada iming iming investasi sekian dalam waktu beberapa hari dapat kembali sekian kali lipat. Yang jika dilihat dari kacamata setingkat lebih tinggi daripada manusia, akan terlihat manusia manusia instan tersebut yang hanya berjung kepada materialisme.

Pada akhirnya ketika sesuatu tersebut didapat ia tidak puas terhadapnya, kemudian dia akan mencari sesuatu yang lebih dan lebih lagi, bahkan kalau bisa dia akan mencoba untuk menguasai dunia. Ya memang kelihatan seperti kisah di film film kartun, akan tetapi bukanlah tidak mungkin hal ini akan terjadi, jika budaya instan ini dibiasakan.

Untuk itu saya sendiri mencoba untuk belajar untuk senantiasa menahan hawa nafsu terhadap hal hal yang sifatnya ingin segera dicapai. Dan saya mencoba untuk selalu belajar menikmati proses, proses susah senangnya bekerja, gampang sulitnya belajar, dan apapun itu yang dinamakan dengan proses.

Bukankah yang nikmat di dunia ini adalah proses, maka tuhan tidaklah menagih hasil dari setiap perbuatanmu, melainkan bagaimana proses ketika kami berbuat baik, proses ketika kamu berusaha sekuat tenaga untuk menghindari maksiat atau hal hal yang dilarang-Nya. Sedangkan di surga nanti kamu tidak akan bisa menikmati sebuah proses, karena segala sesuatu yang kamu inginkan akan terwujud dalam waktu sekejap, maka nikmatilah segala proses baik senang dan sesih, baik dan buruk apapun itu, sebagai tanda syukur karena kamu telah ada, kamu telah dilahirkan di dunia ini dengan segala proses yang menyertaimu.

Sabtu, 03 September 2016

Mozaik September

Musuh terbesar adalah diri sendiri, itulah kata kata mutiara atau bisa dibilang masalah dari semua orang, dan itu adalah salah satu topik yang selalu saya tulis belakangan ini, 2 - 3, 5 post atau bahkan lebih, yang isinya tentang pesimis, lalu optimis berulang alik diantara kedua titik tersebut, namun jika dipikir pikir antar kedua titik tersebut jika disatukan akan menjadi lingkaran, dan mungkin bukan hanya tentang optimis dan pesimis, baik buruk, senang sedih, mudah dan sulit, kesemua perasaan tersebut jika dihubungkan menjadi lingkaran akan menjadi sebuah siklus yang tidak ada habis, hampir mirip dengan siklus kehidupan kecil, muda, dewasa, tua dan tiada, yang diselingi dengan pertanyaan sosial yang timbul mengenai, pendidikan sampai dengan perjodohan yang kebanyakan hanya bersifat usil tanpa mau benar benar menolong jika ada yang membutuhkan.

Namun disini saya tidak akan bercerita tetanng kesedihan, namun naik satu tingkat sebagai observer dengan kelemahan tidak bisa main di pertandingan senang dan sedih, tapi tidak apa apa, toh nanti bisa turun menjadi sebuah player lagi, yang penting setelah naik menjadi observer apakah bertambah kuat atau tidak, bertambah dewasa atau tidak, bertambah kebal terhadap kondisi sekitar atau tidak. 

Sudah jelas jika menjadi observer anda tidak akan bermain seperti player, namun saat anda menjadi observer jangan hanya melihat dari satu sisi saja, coba pertimbangkan untuk melihat dari berbagai sisi, minimal dari beberapa sudut pandang, akan lebih baik jika variabelnya ditambah, dari sudut pandang ke jarak pandang, ke resolusi pandang sampai ke cara pandang yang akan menambah khasanah atau kemungkinan besar memnbuat anda menjadi bertambak kebal tidak gampang masuk angin oleh tiupan tiupan angin yang dilontarkan oleh player lain.

Akhirnya jika diangan angan tentang permisalan dari perilaku dan kejadian yang ada sehari hari di dalam kehidupan, seakan mirip dengan sebuah pemainan itu sendiri, dan para pemain yang bermain sangat bersungguh sungguh di dalam memainkan permainan ini. Seperti pada ummumnya permainan harus ada yang menang dan ada yang kalah, dan harus diingat status juara bukanlah hal yang mutlak, juara hanyalah sebuah seremonial yang semu, yang berlangsung hanya pada momentum tertentu namun tidak bisa dijadikan patokan mengenai keunggulan maupun prestasi dari seseorang.

Kembali lagi ke pemikiran dasar yang saya terapkan di dalam kehidupan saya bahwa yang terpenting bukan tentang menjadi juara atau bukan, tetapi selalu melakukan yang terbaik, melakukan suatu kebaikan dan jangan pernah berbuat tidak jujur, karena saya telah memutuskan untuk menjadi orang baik di dunia dan memang menjadi baik atau buruk adalah sebuah keputusan daripada manusia itu sendiri.