Melanjutkan postingan sebelumnya tentang moment wisuda, ada perasaan perasaan yang terjadi setiap setelah moment wisuda berlangsung. terlebih ada momen ketika berpisah dengan sesama rekan yang dahulu menjalani aktifitas baik di dalam atau diluar kampus secara bersama sama.
Saya kembali ke cerita pribadi tentang perjalanan saya setelah melewati masa remaja menuju ke arah dewasa. Mungkin cerita ini sudah sering saya tulis pada tulisan tulisan yang lain, setelah menjalani ritual kegembiraan sesaat pada waktu sma (yang diceritakan pada part I), kini saya dibibimbing untuk melakukan perjalanan secara mandiri, terpisah dari kelompok kecil yang saya ikuti.
Disinilah mental dan karakter saya dibentuk, sejak bergabung dengan satu satunya universitas islam negeri di kota malang, awal pembentukan kepribadian saya adalah melalui komunitas kecil yang bernama uinbuntu yakni sebuah komunitas yang mempelajari tentang dunia IT khususnya Linux, di komunitas inilah saya bertemu dengan orang orang hebat, yang orang sekarang menyebutnya mentor di bidang organisasi komunitas di dalam kampus.
Dari komunitas tersebut mulailah perjalanan panjang saya di dunia IT sampai akhirnya saya menjalani akhir masa studi di kampus tersebut yang seakhir-akhirnya.
Perjalanan yang sangat panjang membuat saya menemukan berbagai tipe personal yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya dan pastinya sangat jarang pengalaman pengalaman seperti ini saya dapatkan jika saya mengikuti jalur yang lurus lurus saja.
Pada perjalanan tersebut saya menemukan beberapa rekan yang saya anggap turut memberikan kontribusi terhadap apa yang saya bangun pada saat masa studi dan sampai akhirnya beberapa personal tersebut dipertemukan dan dipisahkan oleh tuhan, entah sampai kapan lagi kami dapat berkumpul merumuskan dan berjuang seperti dahulu lagi, momen tersebutlah yang selalu dapat dijadikan kenangan serta introspeksi diri bahwa sebenarnya manusia adalah mahluk yang lemah yang tidak bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain.
Dan akhir momen itupun tiba yakni pada saat yudisium, sebagai tanda berakhirnya masa studi selama beberapa tahun di kampus tempat saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam hidup saya, jika bukan karena saya menjalanai takdir yang disiapkan oleh tuhan maka pengalaman tersebut bisa saja tidak saya dapatkan, karena pada awalnya saya sangat menganggap remeh tempat dimana saya mendapatkan sebuah gelar Strata I - S.Kom.
Yudisium Rabu 5 Agustus 2015 |
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, ya..., ditempat inilah saya menemukan berbagai macam karakter, selama masa studi saya, dan setelah saya mendapatkan pengalaman ciri khas mahasiswa di setiap kampus, saya memperoleh kesimpulan bahwa ada sebuah ciri khas yang dimiliki oleh mahasiswa di kampus ini khususnya jurusan dimana saya bernaung yaitu ciri ciri personal yang tahan banting yang jarang dimiliki oleh mahasiswa kampus lain yang ada di kota malang selama yang saya tahu, saya berani taruhan dalam hal tahan banting, karena memang kondisi pendidikan di tahun tahun yang saya alami, lebih mengutamakan materialisme daripada hakikat pendidikan itu sendiri.
Kembali ke momen wisuda, kali ini saya rasakan sedikit membebani daripada wisuda yang saya lakukan sebelumnya karena semua yang telah saya bangun sebelumnya nampak hancur seiring dengan hancurnya gelar mahasiswa yang saya miliki, tapi entahlah setiap orang memiliki jalan masing masing, setiap orang memiliki cerita masing masing, setiap kehancuran diperlukan, jika kamu ingin makan nasi maka kamu harus merelakan beras untuk hancur menjadi nasi dan seterusnya.
Tapi sisi positifnya saya memperoleh banyak pengalaman, sehingga di masa depan saya lebih siap dan lebih matang ketika menghadapi persoalan yang serupa, saya tidak tahu seperti apa jalan yang akan saya tempuh selepas kehancuran status mahasiswa saya, semua rencana seakan hancur bersamaan dengan kehancuran diri pribadi.
Sekali lagi saya katakan tidak mudah untuk hancur dikala kita sedang ada di zona nyaman, tapi memang itulah kenyataan, kehancuran bersifat seperti kematian siap tidak siap pasti semua akan menghadapinya, tinggal menata mental untuk berhadapan dengan kondisi tersebut.
Satu hal yang saya pelajari bahwa tidak tahu itu penting, dan memang ada hal yang boleh kita tahu dan ada juga yang seharusnya kita tidak perlu tahu, ya... begitulah... seperti yang saya tulis di status pada salah satu Sosial Media, Biarlah Tuhan Ynag Mengatur Pertemuan dan Perpisahan Kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar