Kamis, 18 Agustus 2016

The Last of Us

Hal yang terakhir bisa menjadi sesuatu yang menggembirakan atau menyedihkan, namun biasanya saat kita bertemu dengan sesuatu hal yang terakhir itu adalah merupakan tanda bahwa terdapat perpisahan di dalamnya, juga mungkin merupakan sebuah tanda bahwa kita sudah beranjak ke fase selanjutnya apapun atau mungkin hal yang terakhir merupakan sebuah momentum dimana kita bisa merenungi dan mengangan angan apa saja yang telah kita perbuat disaat bersama atau mengalami sesuatu hal tersebut.

Memang sebenarnya jika berbicara tentang hal yang pertama atau hal yang terakhir, akan selalu terkait dengan perpindahan atau hijrah dalam bahasa arab, the last of us sendiri tidak bercerita mengenai perpisahan diantara kita yang biasa dijadikan judul lagu oleh band band terkenal ataupun sebuah judul film televisi bahkan memang judul ini bisa disebut terilhami oleh sebuah permain video game console ps 3, tapi sebenarnya di dalam setiap kehidupan ada masa dimana kita bertemu pun dimana kita berpisah, baik skala kecil maupun besar, bisa berupa materi atau non materi, contohnya bertemu dan berpisah dengan sebuah sepeda roda 3 ketika kita kecil, bertemu dan berpisah dengan sekolah ketika kita remaja (yang biasanya ditandai dengan ujian akhir sekolah), bertemu dan berpisah dengan universitas, seorang kawan, sanak keluaraga, orang tua, anak atau apapun itu.

Yang sebenarnya adanya perpisahan itu bermula dari sebuah perjumpaan, dan didalam perpisahan pula biasanya terdapat rasa sedih dan mengharukan tapi belum tentu juga, jika kita berpisah dari polisi yang tidak jadi menilang kita atau berpisah dari sebuah kerjaran polisi ketika kita sedang dikejar kejar karena melanggar sesuatu :). Namun sebenarnya dialektika antara perpisahan dan perjumpaan itu sebenarnya seperti sebuah life cycle atau putaran hidup, dan yang harus kita waspadai adalah menjaga perasaan terhadap sesuatu jangan sampai terlalu cinta pun jangan sampai terlalu benci terhadap sesuatu hal appun itu, meskipun ini agak sulit untuk diterapkan.

Dan perpisahan itu selalu ada diantara kita, bukan masalah mau tidak mau tetapi apakah siap atau tidak siap dan bagaimana cara kita mensikapi setiap perjumpaan atau perpisahan yang kita alami sehari hari, baik pertemuan dan perpisahan di dalam kemudahan maupun didalam kesulitan.

Rabu, 03 Agustus 2016

Saya Yang Mati

Kehilangan seseorang memang bukanlah sesuatu yang sepele seperti membalikan telapak tangan, terlebih jika yang meninggalkan kita itu orang yang dekat dengan kita seperti ayah, ibu, terlebih kehilangan seorang anak. Saya sendiri masih bisa ngomong dengan lantang, dengan enak tentang bagaimana kehilangan seseorang karena memang saya berlum pernah merasa kehilangan, paling tidak keluarga dekat , ayah, ibu atau bahkan seorang anak, tetapi kalau teman pernah. 

Saya tidak pernah merasakan betapa beratnya ditinggal orang terdekat kita, ya kalau bicara tentang logika, terlebih bicara tentang soal iman maka menurut saya secara pribadi kematian bukanlah hal yang aneh, meskipun terkadang kematian sangatlah menjadi sebuah ketakutan yang paling mendalam terutama bagi diri saya pribadi, karena bagi saya bukan mati nya yang bermasalah, tetapi saya merasakan sesuatu yang lenyap, dari ada menjadi tiada, dari bernyawa menjadi tidak bernyawa, meskipun pada hakikatnya saya sangat percaya mengenai hal hal sesudah kematian dan percaya bahwa hidup tidak berhenti pada 60 tahun atau tua dan mati, tetapi ada hal hal dibaliknya yang jika kita ingin tahu maka harus mati terlebih dahulu, dan hal hal mengenai kematian dan kehidupan sesudah kematian, seakan akan menjadikan saya sebagai orang yang kuat dan tegar, meskipun jika maut menjemput, terlebih di sekitar saya, disekitar orang orang yang saya cintai belum tentu saya kuat untuk menanggungnya, atau bahkan bisa nangis, jungkir balik seperti anak kecil kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Tentu saya menjadi hal yang aneh ketika kita bergembira disaat ada keluarga yang sedang sedih, karena memang tahu akan banyak hal itu akan membuat suatu ketimpangan jika tidak dibarengi dengan kebijaksanaan, dalam berbicara, menyampaikan pendapat atau apapun itu, karena kita tahu apa yang dia tidak tahu, atau justru malah menjadi orang yang sok tahu dan aneh.

Apapun itu, yang jelas perubahan selalu terjadi, baik dalam skala mikro ataupun makro, jasad maupun rohani, dan jangan sangkan saya yang menulis ini adalah saya yang kemarin, atau saya yang besok, dan juga saya yang ada di sebuah forum a bukanlah saya yang ada di forum b. karena terdapat banyak saya dan sesungguhnya saya bukanlah saya tapi hanya ada satu saya yang sejati, yaitu adalah saya yang kekal yang tidak ikut mati bersama tubuh saya ini.