Sabtu, 03 September 2016

Mozaik September

Musuh terbesar adalah diri sendiri, itulah kata kata mutiara atau bisa dibilang masalah dari semua orang, dan itu adalah salah satu topik yang selalu saya tulis belakangan ini, 2 - 3, 5 post atau bahkan lebih, yang isinya tentang pesimis, lalu optimis berulang alik diantara kedua titik tersebut, namun jika dipikir pikir antar kedua titik tersebut jika disatukan akan menjadi lingkaran, dan mungkin bukan hanya tentang optimis dan pesimis, baik buruk, senang sedih, mudah dan sulit, kesemua perasaan tersebut jika dihubungkan menjadi lingkaran akan menjadi sebuah siklus yang tidak ada habis, hampir mirip dengan siklus kehidupan kecil, muda, dewasa, tua dan tiada, yang diselingi dengan pertanyaan sosial yang timbul mengenai, pendidikan sampai dengan perjodohan yang kebanyakan hanya bersifat usil tanpa mau benar benar menolong jika ada yang membutuhkan.

Namun disini saya tidak akan bercerita tetanng kesedihan, namun naik satu tingkat sebagai observer dengan kelemahan tidak bisa main di pertandingan senang dan sedih, tapi tidak apa apa, toh nanti bisa turun menjadi sebuah player lagi, yang penting setelah naik menjadi observer apakah bertambah kuat atau tidak, bertambah dewasa atau tidak, bertambah kebal terhadap kondisi sekitar atau tidak. 

Sudah jelas jika menjadi observer anda tidak akan bermain seperti player, namun saat anda menjadi observer jangan hanya melihat dari satu sisi saja, coba pertimbangkan untuk melihat dari berbagai sisi, minimal dari beberapa sudut pandang, akan lebih baik jika variabelnya ditambah, dari sudut pandang ke jarak pandang, ke resolusi pandang sampai ke cara pandang yang akan menambah khasanah atau kemungkinan besar memnbuat anda menjadi bertambak kebal tidak gampang masuk angin oleh tiupan tiupan angin yang dilontarkan oleh player lain.

Akhirnya jika diangan angan tentang permisalan dari perilaku dan kejadian yang ada sehari hari di dalam kehidupan, seakan mirip dengan sebuah pemainan itu sendiri, dan para pemain yang bermain sangat bersungguh sungguh di dalam memainkan permainan ini. Seperti pada ummumnya permainan harus ada yang menang dan ada yang kalah, dan harus diingat status juara bukanlah hal yang mutlak, juara hanyalah sebuah seremonial yang semu, yang berlangsung hanya pada momentum tertentu namun tidak bisa dijadikan patokan mengenai keunggulan maupun prestasi dari seseorang.

Kembali lagi ke pemikiran dasar yang saya terapkan di dalam kehidupan saya bahwa yang terpenting bukan tentang menjadi juara atau bukan, tetapi selalu melakukan yang terbaik, melakukan suatu kebaikan dan jangan pernah berbuat tidak jujur, karena saya telah memutuskan untuk menjadi orang baik di dunia dan memang menjadi baik atau buruk adalah sebuah keputusan daripada manusia itu sendiri.

2 komentar: