Sabtu, 24 Mei 2014

Mendidik Anak Usia Dini

Tulisan ini terinspirasi saat saya berkunjung ke rumah saudara, tepatnya saudara sepupu yang sudah mempunyai momongan berusia sekitar 2 tahun ++, sebenarnya saya ingin bercerita mengenai kegalauan saya tetang kondisi laptop yang rusak sehingga harus memakai perangkat pinjaman yang entah nantinya saya peroleh dari mana, saat saat galau seperti ini entah kenapa saya ingin mencurahkan uneg uneg ke dalam tulisan di blog.

Pada tulisan ini saya menggunakan laptop dari mas Badrof, rekan satu ukm di uin yang ditinggal entah kemana dia perginya, memang disaat semester akhir seperti ini seorang mahasiswa akan merasakan suntuk luar biasa karena tidak ada kegiatan, hal tersebut juga merupakan salah satu faktor dalam keterlambatan menyelesaikan masa studi.

Saat ini saya juga mempunyai masalah dengan keuangan, dengan kondisi keuangan yang seret serta kurangnya komunikasi dengan orang tua, dikarenakan saya sibuk sendiri dengan kegiatan yang saat ini saya lakukan apalagi tuntutan studi yang mengharuskan saya untuk menyelesaikan hal administratif yang membutuhkan syarat syarat teknis.

Ah sudahalah tetap saja saya percaya rencana Tuhan yang terbaik buat umatnya, sudah cukup intermezzonya sekarang kembali ke topik. mengenai mendidik anak, saya melihat bulek saya ketika mendidik cucunya yang lucu itu membiarkannya bermain dan memarahi ketika dia berbuat salah dengan merusak barang barang yang ada atau orang biasa menyebutnya dengan anak nakal.

Jika saya mengamati tindakan sang anak, apalagi berusia 2 - 3 tahun itu adalah dunia bagi anak untuk bermain dan belajar, tentu bukanlah tindakan yang bijak jika kita langsung memarahi sang anak, namun lebih memberi pengertian kepada anak tersebut dengan dinasehati secara baik baik, karena psikologi anak yang masih netral, jika anak tersebut yang masih kecil selalu dimarahi ketika berbuat salah, hal ini akan menjadi sebuah lingkaran / siklus yang berulang ketika anak tersebut dewasa dan mempunyai anak.

Memang perlu memarahi anak ketika berbuat salah tapi jangan jadikan hal tersebut kebiasaan, karena anak ibarat gelas kosong yang belum di isi air, jika gelas tersebut di isi air putih jadinya akan jernih, jika di isi air merah maka akan merah pula isinya, hal ini juga berperngaruh terhadap perilaku yang orang tua contohkan melalui tindakan sehari hari (mungkin nanti saya akan coba sharing mengenai perilaku yang sebaiknya dicontoh oleh anak)

Jujur sekarang ini saya masih belum mempunyai anak (karena masih single) dan saya masih belajar bagaimana cara mendidik karena anak merupakan titipan Tuhan yang sangat berharga bukan ?. mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini, saatnya untuk mandi dan bersiap siap karena nanti sore ada acara tasyakuran di UKM, wassalam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar