Jumat, 03 Juli 2015

Sepenggal Kisah Di Pertengahan Tahun 2015

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, karena saya telah menyelesaikan salah satu beban yang beberapa tahun ini mengganjal di kehidupan saya dan juga karena bertemu dan berlajar hal hal baru yang merupakan jawaban dari sekian dari ribuan soal yang selama ini saya hadapi.

Pengalaman bahan bacaan saya yang pertama, yaitu dari salah satu situs yang akhir akhir ini usernya sangat gemar menebar tulisan motivasi, dan saya belajar hal hal baru melalui situs ini. Isinya mengenai cerita tentang hal hal yang dilakukan oleh pahlawan super dan bagaimana cara agar kita bisa "minimal" mencontoh kunci kunci mengenai kepribadian dan hal lain yang bisa dipelajari.

Satu poin yang mengena di dalam benak saya adalah satu paragraf berikut  :

Menjadi superhero bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, ketiga prinsip ini tidak boleh dilanggar.
Prinsip pertama adalah "Dream Big", atau berimpian besar. Saat kita masih kanak-kanak, kita mempunyai impian yang sangat besar. Beberapa dari kita mungkin berimpian menjadi dokter, astronot, atau bahkan menjadi superhero seperti superman. Saat kita beranjak dewasa, tingkat logika berpikir kita meningkat, nalar kita berjalan, dan realita menjadi fokus utama. Beranjak dewasa membuat impian kita mengecil sampai kita membunuh impian kita sendiri.
Kita mulai dihadapkan dengan dilema, antara mengambil resiko atau bertahan di zona aman kita. Kita semakin terbiasa dengan zona aman kita, sehingga kita lupa bahwa masih ada sesuatau yang harus kita gali dan jelajahi lebih dalam lagi di dunia luar. Mari kita bahas tentang zona aman. Zona aman adalah ketika kita merasa terbiasa dengan sesuatu sehingga tidak mau keluar darinya walaupun sebenarnya zona itu sudah tidak sesuai dengan keadaan kita.
Seperti pada waktu kita masih di SMP atau di SMA. Saat kita mulai memasuki SMP, kita masih ragu-ragu untuk bersosialisasi, namun keadaan kita memaksa kita untuk berhubungan dengan orang lain walaupun itu susah. Kelas 1 SMP, kita masih membawa kebiasaan SD kita, yaitu bermain seperti anak kecil, namun kita juga menyesuaikan kebiasaan anak SMP. Kelas 2 SMP, kita menjadi anak yang sudah terbiasa dengan kehidupan SMP.
Di tingkat ini, kita menjadi nyaman tapi belum sangat nyaman, karena masih ada senior kita, yaitu kelas 3 SMP yang notabene masih menjadi raja di SMP. Kelas 3 SMP, kita menjadi rajanya SMP, seniornya senior, tingkat kesombongan memuncak, sampai kita mendengar tentang sekolah dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu SMA.
Selalu ada zona aman, namun kita dituntut untuk beradaptasi dengan zona lain yang lebih tinggi daripada zona aman kita. Seperti anak SMP tadi, zona aman kita akan selalu kita tinggalkan menuju zona yang lebih tinggi. Selalu ada resiko yang harus dihadapai untuk mencapai dunia baru kita. Kehilangan teman, kehilangan kebiasaan, kehilangan pangkat kita sebagai seorang senior. Sungguh bencana yang besar bagi remaja yang ingin menguasai dunia.
Namun, setelah kita mencoba dunia SMA, seperti terjadi pengulangan sejarah. Kita mencoba beradaptasi lagi, menjadi nyaman lagi dengan dunia baru kita, lalu kita menjadi seniornya senior di SMA. Dan yang paling aneh lagi, bahwa kita harus meninggalkan zona aman untuk yang kesekian kali.
Sejarah terulang dengan pasti, apabila kita sanggup untuk lebih fleksibel untuk beradaptasi, semuanya menjadi lebih mudah. Dengan resiko yang bertambah, kepintaran kita bertambah, daya tahan kita bertambah, ilmu pengetahuan kita bertambah, dan pengalaman kita bertambah.
Begitu pula dengan impian kita. Kita dulu memimpikan yang besar, ingin ini dan ingin itu. Namun setelah pencapain kita yang telah kita lakukan dengan pengorbanan, tidak malukah kita dengan diri kita yang kecil dulu?
Kita sebenarnya tidak perlu mengecilkan mimpi, kita hanya perlu untuk merasionalkan mimpi dan menyerahkan sisa ketidak-mungkinan mimpi kepada Tuhan. Mengapa selalu ada ketidak-mungkinan dalam mimpi? Karena mimpi itu memang harusnya tidak rasional, mimpi seharusnya tidak senyata kenyataan.
Siapa mengira kalau manusia bisa pergi ke bulan? Siapa sangka manusia dapat menyeberangi lautan dengan besi? Siapa sangka manusia dapat terbang? Semua itu hanyalah mimpi pada awalnya. Mimpi yang mungkin akan ditertawakan oleh orang lain.
Namun mereka yang bermimpi pergi ke bulan, tidak pernah menyerah untuk mewujudkan mimpi itu. Kalau mereka menyerah, ada dua kemungkinan yang terjadi: kemungkinan pertama adalah tidak ada manusia yang lain yang akan pergi ke bulan atau ada manusia yang lain, tapi bukan dia, yang bisa pergi ke bulan.

Yang mengena bagi saya adalah mengenai zona aman ini, yah mungkin karena kegalauan mengenai masa depan yang akan saya hadapi karena saya sudah membuka pintu untuk melangkah menuju ke dunia kehidupan, dimana ilmunya anda harus mencari sendiri entah melalui organisasi, pengajian, maupun teks book atau pengalaman empirismu itu sendiri.

Kalimat zona aman memang sudah saya kenal cukup lama, namun baru tahu maksud dari frasa tersebut yang sangat sulit untuk dijelaskan jika anda tidak mengalami sendiri.

Kembali ke pengalaman empiris beberapa waktu ini mengenai phobia dengan masa depan. Saya belakangan ini sedang menikmati kembali anime ( kata orang kartun ) log horizon. Yang saya ambil adalah bagaimana ketika shiroe / tokoh utama sebagai ahli strategi yang memimpin / mengarahkan beberapa pasukan sekutu pada konfrensi meja bundarnya, pastinya ada konflik di dalamnya.

Dari salah satu cuplikan episode saya menemukan kisah ketika shiroe harus mengumpulkan uang dan harus meminta bantuan kepada seorang akuntan master alias magister / S2.

Dari situ mulai timbul bayang bayang dan kata kata seandainya. Sampai pada suatu malam saya didatangi oleh seorang teman yang sengaja atau tidak sengaja membahas sesuatu yang menjadi jawaban dari salah satu kegalauan saya tetang masa depan.

Satu status di media sosial yang pernah saya tulis adalah mengenai otak manusia yang didesain untuk memikirkan / merenungi masa lalu agar tidak terjerumus ke dalam kesalahan yang sama tetapi tidak diciptakan untuk memikirkan masa depan. 

Awalnya saya pesimis tentang masa lalu, masa lalu yang saya anggap hanya kegagalan sseseorang, tapi ternyata tidak seperti itu, karena masa lalu bukan hanya dimana anda gagal, tapi bagaimana anda melakukan pencapaian terbesar anda, serta pola pola dan rencana rencana yang diberikan oleh tuhan sehingga anda dapat lebih waspada, karena masa lalu bukan hanya pesimisme tapi merupakan optimisme juga.

Karena sudah malam, dan tulisan ini sangat panjang, maka segini dulu saja, nanti kapan kapan disambung lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar